Selasa, 23 Februari 2010

Masuknya Injil ke Simalungun

Pengabaran Injil di daerah Simalungun sedikit terlambat dibandingkan daerah-daerah tetangganya seperti Karo (1899) dan Tapanuli (1861). RMG menjadikan Simalungun sebagai daerah penginjilan setelah Angkola, Mandailing dan Tapanuli Utara.

Awalnya RMG mengenal Simalungun dari laporan ekspedisi pejabat-pejabat kolonial Belanda. Laporan-laporan tersebut rata-rata mengkhawatirkan resistensi suku Simalungun dan derasnya pengaruhIslam ke daerah Simalungun Bawah (Asahan Hulu dan Tanah Djawa) yang sebenarnya dipicu oleh proses aneksasi Belanda terhadap wilayah dalam kerajaan-kerajaan Simalungun yang menciptakan sentimen negatif dari orang Simalungun terhadap orang Eropa.

Kontak pertama RMG dengan Simalungun dilakukan melalui Henri Guillaume yang ditempatkan RMG di Kuta Bukum, Karo (1899). Selama masa tugasnya ia sering berinteraksi dengan rakyat hingga penguasa tradisional Simalungun terutama dalam perjalanannya ke Tapanuli untuk menghadiri rapat-rapat tahunan missionaris. Atas pengalamannya itu, Guillaume mengusulkan kepada L.I. Nommensen(pimpinan RMG) agar Simalungun diinjili.

Usaha penginjilan kongkrit pertama pada orang Simalungun justru dilakukan oleh Pardongan Mission Batak (PMB), lembaga pengabaran Injil Batak Toba yang terdiri dari penginjil-penginjil Batak Toba. Pada tanggal 12 Februari 1900 Pendeta Samuel Panggabean dan Friederich Hutagalung diutus ke daerah-daerah sekitar Danau Toba yang belum diinjili, dan tiba di Sipolha pada tanggal 14 Februari namun dilarang untuk masuk oleh Tuan Sipolha Damanik.[5] Keesokannya mereka tiba di Siboro (Partuanan Purba) dan sempat berkhotbah di Pasar yang ada di daerah itu. Pada hari Jumat, 16 Februari 1900 mereka berkeliling di sekitar Tiga Langgiung mengabarkan Injil pada masyarakat yang sedang berbelanja di pekan (pasar mingguan). Selanjutnya mereka pergi ke Pematang Purba untuk menemui Tuan Rahalim Purba Pakpak (Raja Purba) dan baru berhasil menemuinya keesokan harinya, 17 Februari, setelah menanti semalaman. Di sini mereka menyampaikan maksud mereka untuk mengabarkan Injil dan membacakan nats Alkitab bagi Raja Purba. Walaupun belum mendapat tanggapan positif darinya namun para penginjil tersebut menemui sikap bersahabat dari Raja Purba.Usaha selama 4 hari ini kurang berhasil terutama karena penggunaan bahasa Toba sebagai pengantar yang kurang dipahami oleh masyarakat Simalungun.

Setelah menerima permintaan dari Guillaume, RMG mengutus G.K. Simon bersama beberapa penginjil Toba dari PMB untuk melakukan peninjauan ke Simalungun. Karena melihat pengaruh Islam yang sudah masuk hingga Siantar, G.K. Simon meminta agar RMG secepat mungkin menginjili Simalungun.

Laporan G.K. Simon dan Guillaume ditambah laporan dari pejabat-pejabat Belanda dibahas pada rapat missionar RMG di Laguboti, Tapanuli pada 21-25 Januari 1903 yang dihadiri 42 penginjil RMG, dengan keputusan:

  1. Pemberitaan Injil di Simalungun harus segera dilaksanakan.
  2. Segera dikirim surat ke Direktur RMG Schreiber di Barmen untuk meminta persetujuan dan rekomendasi RMG dalam memperluas lapangan penginjilan ke Simalungun.
  3. Segera dilakukan langkah-langkah penginjilan ke Simalungun.

Sebelum rapat ini Nommensen juga telah mengirim permohonan tenaga penginjil baru ke pimpinan RMG di Jerman sehubungan rencananya memperluas daerah penginjilan ke Samosir, Dairi dan Simalungun, namun secara strategi, Simalungun dijadikan prioritas utama dari ketiga daerah tersebut karena sudah derasnya pengaruh Islam di daerah ini hingga ke Siantar.

Pendeta August Theis, penginjil RMG yang merintis penyebaran Injil di daerah Simalungun.

Pada tanggal 16 Maret 1903, Dr. Schreiber dari RMG secara resmi mengirim telegram singkat yang merekomendasikan pengabaran Injil ke Timorlanden (sebutan bagi Simalungun). Setelah menerima telegram yang berisi Tole den Timorlanden das Evangelium (perintah menyebarkan injil di tanah Timur) maka pada tanggal 2 September 1903 sekelompok penginjil dari RMG yang dipimpin oleh Pendeta August Theis tiba di Pematang Raya untuk menyebarkan Injil.[

Tanggal 2 September sampai saat ini diperingati setiap tahunnya oleh anggota GKPS di seluruh dunia sebagai hari olob-olob (bahasa Simalungun untuk "suka cita") untuk mensyukuri masuknya ambilan na madear (bahasa Simalungun untuk Firman-Firman Alkitab/ajaran Kristen) di Simalungun.

1 komentar:

  1. Saya sangat bersyukur dengan membaca sejarah ini mengenang dan mengingat lagi perjuangan para pejuang injil simalungun yang membuat oppung saya bahkan sampai kepada orang tua hingga menerima kasih karunia sehingga keselamatan ada ditangan saya, biarlah perjuangan dan tumpah darah serta tenaga yang tiada pamrih dari semua pambarita podah namadear diingat oleh Tuhan YESUS dari surga dan membalas semua pengorbanan dan dedikasi mereka sampai kepada keturunan 1000 generasi hingga nama YESUS dipermuliakan bagi orang simalungun di seluruh dunia. Tuhan YESUS memberkati

    Putra Timorlanden
    Merek-Raya

    BalasHapus